Jumat, 03 Januari 2014

asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medik apendiksitis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Appendiksitis merupakan peradangan dari apendiks vermiformis dan juga penyebab abdomen akut yang paling sering terjadi. Apendisitis disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks yang dapat menyebabkan hyperplasia, limfoid, fekalit, benda asing striktur karena vibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma. (Mansjoer, 2000 : 307) Penyumbatan tersebut dapat menyebabkan pembengkakan, infeksi dan ulserasi, bila keadaan ini dibiarkan terus maka akan terjadi nekrosis, gangren dan perforasi (Price,S.A. 2005 : 448)
Apendisitis adalah peradangan apandiks yang relatif yang sering dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi apandiks oleh tinja atau akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh darah (corwin, Elisabeth. 2000 : 529). penyebab apendisitis paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah dari rongga abdomen. Menifestasi yang sering muncul adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan bawah biasanya disertai demam ringan, mual, muntah dan nyeri tekan lokal pada titik MC Burney. Bila apendisitis tidak diatasi dapat berlanjut menjadi abses, perforasi, selanjutnya peritonitis dan kematian. (Smeltzer, Suzanne. C. 2001 : 1098)
Dalam penelitian ditemukan bahwa ulserasi mukosa merupakan langkah awal dari terjadinya apendisitis daripada sumbatan pada lumen. Penelitian terakhir menunujukkan bahwa ulserasi mukosa berjumlah sekitar 60 hingga 70 % kasus, penyebabnya tidak diketahui sampai sekarang diperkirakan disebabkan oleh virus (Price, S. A 2005 : 448). Di Amerika kasus apendisitis didapatkan 4 : 10.000 pada anak umur dibawah 14 tahun lebih dari 80.000 kasus dalam setahun. Sedangkan di Indonesia pada tahun 1991-2000 ada penurunan jumlah kasus dari 100 kasus menjadi 52 kasus setiap 100 ribu penduduk Penelitian epidemologi menunjukkan peran kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi dapat menimbulkan penyakit apendisitis. Konstipasi akan menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman atau bakteri seperti escherichia coli, yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu atau apendiks.  (http://medlinux.com/2008/12/appendicitis).
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Atambua, selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2007 jumlah pasien apendisitis yang dirawat sebanyak 123 orang dengan prosentase 3,35 %, tahun 2008 jumlah pasien apendisitis yang dirawat sebanyak 174 orang dengan prosentase 2,37 %. Sedangkan pada tahun 2009 (Januari–Juni) jumlah pasien apendisitis yang dirawat sebanyak 115 orang dengan prosentase 3,58 %.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya apendisitis adalah dengan banyak mengkonsumsi makanan yang berserat sehingga dapat mengurangi konstipasi dan menghindari makanan yang berbiji (http: // www.infopenyakit.com / 2008 / 09 / penyakit - appendicitis). Penanganan apendisitis yang paling tepat adalah dengan tindakan operasi yaitu apendektomi. Pembedahan dilakukan apabila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Penatalaksanaan yang diberikan sebelum operasi meliputi observasi 8-12 jam, pemberian antibiotik dan cairan IV, pemberian analgesik setelah diagnosa ditegakkan, pasien di minta untuk tibah baring dan di puasakan. Sedangkan pasca operasi meliputi observasi TTV, pasien di baringkan dalam posisi fowler, bila dalam  12 jam tidak terjadi gangguan maka pasien dikatakan baik, satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur. (Manjoer, Arif. 2000:308) 
Berdasarkan uraian di atas, maka Penulis tertarik untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Apendisitis dengan Pendekatan Proses Keperawatan di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Atambua.







B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya adalah ”bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendisitis dengan pendekatan proses keperawatan”.


C.     TUJUAN PENULISAN
1.      Tujuan Umum
Agar Mahasiswa mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Apendisitis.

2.      Tujuan Khusus
a.       Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan apendisitis.
b.      Mampu merumuskan diagnosa keperawatan dan prioritas masalah pada pasien dengan apendisitis.
c.       Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien apendisitis.
d.      Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien apendisitis.
e.       Mampu melakukan evaluasi keperawatan serta mendokumentasikan dengan benar.

D.    MANFAAT PENULISAN
  1. Bagi Perawat
Memberikan masukan tentang bagaimana perawatan pasien apendisitis dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.


  1. Bagi Institusi
a.       Memberikan gambaran kemampuan Mahasiswa dalam    menerapkan teori dan kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendisitis.
b.      Memberikan gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendisitis.

  1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan evaluasi dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendisitis.

  1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendisitis.


E.     METODE PENULISAN
Dalam penulisan proposal ini metode yang dipakai adalah metode deskriptif melalui studi pustaka dan studi kasus.
Studi pustaka diambil dari buku–buku perpustakaan dan sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah apendisitis, sedangkan studi kasus diambil dari Ruang Bedah RSUD Atambua. Teknik penulisan dilakukan melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, laboratorium catatan medik dan catatan perawat.



F.      SISTEMATIKA PENULISAN
      BAB I          :     Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II         : Tinjauan teoritis menguraikan tentang konsep dasar keperawatan.
BAB III       :     Tinjauan kasus menguraikan tentang pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB IV       :     Pembahasan
BAB V         :     Menguraikan tentang kesimpulan dan saran.





BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    KONSEP DASAR
  1. Pengertian
Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah dari rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.
(Smeltzer, Suzanne. C. 2001 : 1097)
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki antara 10-30 tahun.
            (Mansjoer, Arif. 200: 307)
Apendisitis adalah peradangan apendiks yang relatif sering dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi apendiks oleh tinja atau akibat terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahnya.
(Corwin, E. J, 2000 : 529)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan bila infeksi bertambah parah, usus buntu ini bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak diperut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya.
(http : // downloads. Ziddu. Com / appendicitis)
Jadi dapat disimpulan bahwa apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas dan merupakan penyebab akut yang paling sering terjadi pada kuadran kanan bawah rongga abdomen.



  1. Etiologi
Penyebab apendisitis umumnya disebabkan oleh : infeksi bakteri, faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada pasien saluran (lumen) apendiks oleh timbunan tinja / feces yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur.
            (http: // www.infopenyakit.com / 2008 / 09 / penyakit - appendicitis)
Diantara beberapa faktor diatas, yang sering ditemukan adalah faktor penyumbatan oleh tinja / feces dan hyperplasia jaringan limfoid.

  1. Klasifikasi
            Klasifikasi Apendisitis terbagi atas 2 yaitu :
    1. Apendisitis akut, dibagi atas : Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur local. apendisitis purulenta difusi yaitu sudah bertumpuk nanah.
    2. Apendisitis kronis dibagi atas : Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu apendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
(http : // downloads. Ziddu. Com / appendicitis)

  1. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang meningkatkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kuadran kanan bawah rongga abdomen. Keadaan ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke atas apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
(Mansjoer, Arif. 2000 : 307)


















5. PATWAY















Ulserasi pada dinding epitel apentiks 
 






 



























Terputusnya kontinuitas
jaringan
 


 








6.  Manifertasi Klinis
Tanda dan gejala apendisitis bervariasi tergantung stadiumnya :
1.      Apendisitis akut (mendadak)
Gejala yang ditimbulkan, demam tinggi, mual–muntah, nyeri perut kanan bawah, saat berjalan terasa sakit, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga bersifat meriang atau mual–muntah saja.
2.      Apendisitis Kronik
Gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maaq dimana terjadi nyeri samara (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Kadang disertai dengan rasa mual, bahkan muntah, kemudian nyeri tersebut akan pindah ke perut kanan bawah dengan tanda – tanda yang khas pada apendiks akut nyeri pada titik penyakit Mc Burney.
(http://www.infopenyakit.com/2008/09/ appendicitis )
7.      Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi akan tanpak adanya pembengkakan rongga perut dan dinding perut tempak mengencang (distensi) pada palpasi di daerah perut kanan bawah, bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri.
2.      Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan kenaikan sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000–18.000 / mm3
3.      Pemeriksaan Radiologi
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit, namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosa apendisitis. USG cukup membantu dalam menegakkan diagnosa (71–97 %) terutama pada wanita hamil dan anak–anak.
Tingkat keakuratan yang paling tinggi dengan pemeriksaan CT. Scan (93–98 %)
(http://www. Infopenyakit. Com/2008/09/ penyakit - appendicitis)
8.  Penatalaksanaan
1.      Sebelum Operasi
a.       Observasi
Dalam 8–12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis sering kali belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan, pasien diminta untuk melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodik. Foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan. (Mansjoer, Arif. 2000 : 308)
b.      Antibiotik
Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. (Smeltzer,  Suzanne C. 2001 : 1099)
c.       Operasi Apendektomi
Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan segara mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spiral dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparaskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. (Smeltzer, Suzanne C. 2001 : 1099)
9.   Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 10 % - 32 %. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Peforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7 OC atau lebih tinggi, penampilan toksis, dan nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu.
(Smeltzer, Suzanne C. 2001 : 1099)

B.     KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. ( Nursalam, 2001 : 17 )
Pre Operasi
Pengkajian pre operasi pasien dengan apendisitis adalah :
a.       Aktivitas / istirahat
Gejala : Malaise
b.      Sirkulasi
Tanda : Takikardia
c.       Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awitan awal Diare ( kadang – kadang )
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan / nyeri lepas, kekakuan.Penurunan atau tak ada bising usus
d.      Makanan / cairan
Gejala :      Anoreksia, nual / muntah
e.       Nyeri / kenyamanan
Gejala :      Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney ( setengah jarak antara umbilicus dan tulang ileum kanan ) Meningkat karena berjalan, bersin, batuk atau napas dalam ( nyeri berhenti tiba – tiba diduga perforasi atau infark pada apendiks )
Tanda :      Berbaring ke samping atau terlentang dengan lutuk ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan / posisi duduk tegak.
f.       Keamanan
Tanda :      Demam
g.      Pernapasan
Tanda :      Takipnea, pernapasan dangkal

2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitis dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah ( Nursalam, 2001 : 35 )
Diagnosa keperawatan pada pasien apendisitis adalah :
Pre Operasi

3.      Perencanaan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah – masalah yang di identifikasi pada diagnosa keperawatan. ( Nursalam, 2001 : 61 )
Perencanaan pada pasien apendisitis sebagai berikut :
Pre operasi
Diagnosa 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan obstruksi dan peradangan apendiks.
Hasil yang diharapkan : Rasa nyeri akan teratasi dengan kriteria : pernapasan normal, sirkulasi normal.
Intervensi dan Rasional
1.      Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karakteristik nyeri ( skala 0 – 10 )
R/. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indicator secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.
2.      Anjurkan Pernapasan Dalam
R/.    Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga otot – otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
3.      Pertahankan istirahat dengan posisi semi – fowler
R/.    Mengurangi nyeri dan menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.
4.      Berikan Aktivitas  Hiburan
R/.    Meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
5.      Beri Analgesik Sesuai Indikasi
R/.    Dapat menghilangkan rasa nyeri.

Diagnosa 2.     Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual – muntah, anoreksia dan diare.
Hasil yang diharapkan :       Mempertahankan keseimbangan volume cairan dengan Kriteria : klien tidak diare, nafsu makan baik klien tidak mual dan muntah.
Intervensi dan rasional
1.      Monitor tanda – tanda vital
R/.    Merupakan indikator secara dini tentang hypovolemia.
2.      Monitor intake dan out put dan konsentrasi urine
R/.    Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan kepekaan / endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan.
3.      Lihat membrane mukosa : kaji turgor kulit dan pengisian kapiler.
R/.    Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler.
4.      Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering
R/.    Untuk meminimalkan hilangnya cairan
5.      Kolaborasi pertahankan pengisapan gaster atau usus
R/. Selang NG biasanya dimasukkan pada pra operasi dan dipertahankan pada fase segera pasca operasi untuk dekompresi usus, meningkatkan istirahat usus, mencegah muntah.

Diagnosa 3.     Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Hasil yang diharapkan :       Menyatakan siap menerima tindakan operasi, tidak gelisah lagi, cemas berkurang.
Intervensi dan Rasional
1.      Kaji tingkat kecemasan pasien
R/. Sebagai data dasar untuk memberikan pendidikan kesehatan yang sesuai dengan tingkat pengetahuan pasien.
2.      Beri informasi tentang proses penyakit dan tindakan operasi.
R/. Pengetahuan yang ada dapat membantu mengurangi kecemasan dan mengembangkan kerjasama terapeutik.
3.      Berikan kesempatan kepada pasien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan dan harapannya.
R/. Pasien yang merasa nyaman akan mudah memahami tindakan yang akan dilakukan.

4.      Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal – hal yang diperhatikan dalam melakukan implementasi adalah :
a.       Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.
b.      Penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal.
c.       Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisian.
d.      Keamanan fisik dan psikologi dilindungi.
e.       Dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
( Gaffar, 1999 : 65 )

5.      Evaluasi
Evaluasi merupakan fase akhir dari proses keperawatan terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
Hal – hal yang dievaluasi adalah : keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan.
( Gaffar, 1999 : 65 )
BAB III
TINJAUAN KASAUS

A.       PENGKAJIAN
                                                                             
Tanggal/jam MRS       : 13 Januari 2013
Ruang                          : Bangsal Bedah
No. Register                : -
DX.Medis                   : APP
Tanggal Pengkajian     : 14 Januari 2013

I.            IDENTITAS KLIEN

Nama                           : An. Y. M                               Orang Tua
Umur                           : 12 tahun                                Nama                           : Tn. K. N
Jenis Kelamin              : Perempuan                            Pekerjaan                     : Tani
Agama                         : Katolik                                  Alamat                                    : Oekolo
Suku/Bangsa               : Dawan                                              
Bahasa                         : Indonesia                              Penanggung jawab
Pendidikan                  : SMP                                      Nama                           : Tn. K. N
Pekerjaan                     : -                                             Alamat                                    : Oekolo
Status Perkawinan      : Belum mrnikah                      No. TLP                      : -
Alamat                                    : Oekolo                                  Hub. Dengan Pasien   : Orang Tua

II.            KELUHAN UTAMA
Keluhan Utama Saat MRS       : Keluarga mengatakan, pasien mengeluh panas, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah.

Keluhan Utama Saat Pengkajian: Keluarga mengatakan, pasien masi merasa sakit di bagian perut kanan bawah, pasien juga sering sesak nafas, pusing, mual-muntah.

III.            RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

P          : Faktor penyakit
Q         : Pasien mengatakan nyeri tertikam
R         : Nyeri yang dirasakan pasien letaknya di bagian abdomen kuadran kanan bawah.
S          : Skala nyeri 4-6 nyeri yang dirasakan pasien sedang
T          : Nyeri yang dirasakan pasien timbul setiap saat

           
Upaya Yang Telah Dilakukan : Keluarga mengatakan,pasien pernah dirawat di puskesmas wini dan pasien juga sempat menginap 1 malam 1 hari di puskesmas wini, melihat keadaan pasien yang tidak kunjung sembuh kemudian keluarga merujuk pasien ke RSUD Atambua untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensif.
Terapi Yang Telah Diberikan :
Ø  Di puskesmas wini:
1.      Infus RL
2.      Obat PCT
3.      Ranitidine
Ø  Di UGD RSUD Atambua:
1.      IVFD RL 20 tpm
2.      Inj. Ranitidine 1 amp/ IV
3.      Inj. Tomit 1 amp/ IV
4.      Extra PCT 1 tab
5.      Inj. Ceftriaxone 1 gr/ IV

IV.            RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Keluarga mengatakan, pasien belum pernah masuk rumah sakit dan mengalami penyakit ini.

V.            RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Keluarga mengatakan, di dalam angota keluarga belum ada yang mengalami penyakit seperti ini.

VI.            KEADAAN LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT.
Keluarga mengatakan, keadaan lingkungan cukup bersih, rumah selalu dibersihkan, dan rumah ada jendela.
VII.            POLA FUNGSI KESEHATAN                                                                                                                                                                                                                                                                                
1.      Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Keluarga pasien mengatakan, bagi mereka kesehatan sangatlah penting jadi apabila ada salah seorang anggota keluarga mereka yang sakit maka pertama yang dilakukan keluarga adalah membawa keluarga ke puskesmas terdekat lalu apabila tidak ada perubahan barulah keluarga membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit atau ke dokter.
2.      Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum MRS : keluarga pasien mengatakan, sebelum MRS pasien makan 3x dalam sehari dengan porsi yang cukup dan selalu dihabiskan.

Saat MRS        : keluarga pasien mengatakan, pasien  makan 3x sehari, tetapi porsi yang disediakan tidak dihabiskan, pasien hanya makan 3-5 sendok saja.

3.      Pola Eliminasi
Sebelum MRS : keluarga pasien mengatakan, BAB dan BAK pasien normal, pasien BAB 1 hari 2-3 kali, lembek dan berbau khas, BAK 1 hari 6-7 kali, warna kuning jenih dan baunya khas (amoniak)
Saat MRS        : keluarga pasien mengatakan, BAB dan BAK pasien tidk lancar.
4.      Pola Istirahat dan tidur.
Sebelum MRS             : keluarga pasien mengatakan, pasien tidur normal, pasien tidur 6-7 jam/hari.
Saat MRS        : keluarga pasien mengatakan, pola istirahat pasien terganggu karena sering terbangun akibat nyeri yang sering timbul pada bagian perut kanan bawah.
5.      Pola Kognitif dan Persepsi Sensori
Pasien mengatakan adanya gangguan sensori nyeri dan kemampuan berfikir.
6.      Pola mekanisme koping
Pasien mengatakan, apabila nyerinya timbul maka pasien cukup mering ke kanan untuk meredakan nyeri tersebut.
7.      Pola nilai dan kepercayaan
Keluarga pasien mengatakan, percaya bahwa penyakit yang sekaranag di derita pasien akan segera sembuh dengan pertolongan tuhan yang Maha Esa serta bantuan dari perawat dan dokter.

VIII.            PEMERIKSAAN FISIK

1.      Status kesehatan umum pasien
a.       Keadaan penampilan umum: keadaan umum lemah, terpasang cairan RL 20 tpm.
b.      Kesadaran:kualitas: composmentis, GCS:15 E:4, V:5 M:6
c.       BB sebelum sakit : 35 kg                    TB:150 cm
d.      BB saat ini : 38 kg
e.       BB Ideal      :TB - 100 x 10%
                              =150 - 100 x 10% = 5
                                    =150 – 5 = 45 kg
f.       Perkembangan BB: BB menurun 3 kg.
g.      Status gizi: Gizi kurang.
h.      Tanda-tanda Vital:
              TD     : 110/50 mmHg,          MAP   : 70 mmHg      PP        : 60 mmHg
              Nadi  : 112x/ mnit
              RR    : 28x/ menit
              Suhu  : 36­o c/ aksila

2.      Kepala

a.       Rambut
Inspeksi: Warna hitam, distribusi merata, kebersihan (+), tidak ada kutu, tidak ada ketombe.
Palpasi       : Tidak ada kerontokan rambut, tidak ada nyeri tekan.

b.      Muka
Inspeksi     : Ekspresi wajah meringis, warna kulit sawoh matang, kebersihan (+), tidak ada jerawat, dan tidak ada luka.
Palpasi       : tidak ada nyeri tekan dan massa.

c.       Mata
Inspeksi     : kelopak simetris, konjungtiva merah muda, pupil isokor, sklera putih, lapang pandang normal, bola mata normal, ketajaman penglihatan normal.
Palpasi       : tidak ada nyeri tekan.
d.      Hidung
Inspeksi     : Kebersihan (+), tidak ada serumen, tidak ada massa/ luka.
Palpasi       : Tidak ada nyeri tekan.
e.       Mulut
Inspeksi     : Jumlah , tidak ada karies, tidak ada perdarahan pada gusi, kebersihan (+)
f.       Telinga
Inspekai     : Kebersihan (+), tidak ada sekresi, tidak ada edema tanda radang.
Palpasi       : Tidak ada nyeri tekan.

g.      Leher
Inspeksi     : Posisi trachea normal, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi       : Tidak ada nyeri tekan.
h.      Paru-paru
Inspeksi     : Bentuk dada simetris, tidak ada ekspansi dinding dada, tidak menggunakan otot bantu pernapasan
Palpasi       : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Suara napas normal vesicular, tidak ada suara napas tambahan.
i.        Abdomen
Inspeksi     : warna sawoh matang, tidak ada striae, tidak ada spidernevi, tidak ada jaringan parut, tidak ada lesi dan kemerahan.
Palpasi       : ada nyeri tekan.
v  Pemeriksaan laboratorium
WBC   : 1.6 L  103/ mm3          (3.5-10.0)        MCV   : 74 L Um3      (80-97)
RBC    : 4.17   106/mm3              (3.80-5.80)      MCH   : 27.8   P9        (26.5-44.5)
HGB   : 11.6   9/ dl                 (11.0-16.5)      MCHC            : 37.6   H9/dl   (31.5-35.0)
HCT    : 30.8   L%                  (35,0-50.0)      RDW   : 14.1   %         (10.0-15.0)
PLT     : 147    L 10/mm3       (150-390)        MPV   : 7.7     Hm3     (6.5-11.0)
PCT     : .114   %                     (.100-.500)      PDW   : 15.6   %         (10.0-18.0)

WBC Flags : L1 G2
% DIFF :
%LYM            : 25.9   %         (17.0-48.6)      # LYM            : 0.4 L 103/mm3 (1.2-3.2)
%MON           : 4.4     %         (4.0-10.0)        #MON : 0.0 L 103/mm3 (0.3-0.8)
%GRA                        : 69.7   %         (43.0-76.0)      #GRA : 1.2 L 103/mm3 (1.2-6.8)
           
            DDR : (-)/ Neg

Faal Hemostasis
Bleeding Time Test     : 11       11        (1 – 3 menit)
Clotting Time Test      : C1      10        (5 – 8 menit)

IX.            TERAPI (6 BENAR)
2.      parentheral
·         IVFD RL 500cc 20 tpm
·         Bactraz 3 x 1 gr/ IV    : 1 gram
·         Keterolac 3 x 1 amp/ IV : 30 mg
·         Ceftriaxone 3 x 1 gr/ IV : 1 gram













ANALISA DATA

HARI/TGL
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
Senin, 14-01-2013
DS: Pasien mengatakan nyeri perut kuadran kanan bawah.

DO: K/U lemah, wajah meringis dengan skala nyeri (4-6) nyeri sedang.

Peradangan apendiks
Gangguan rasa nyaman nyeri.
Senin, 14-01-2013
DS : Pasien mengatakan cemas dengan rencana pembedahan yang akan dilakukan.

DO : Pasien tampak gelisah.
TTV:
TD : 110/50 mmHg
N :112x/ menit
S : 360C/ aksila
RR : 22x/ menit
Tindakan pembedahan
Ansietas


B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradanagn apendiks.
2.      Ansietas b.d tindakan pembedahan.














C.   PERENCANAAN

Hari/tgl
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Senin, 14-01-2013
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradanagn apendiks.

Tujuan:
Setelah di berikan tindakan keperawatan 3 x 24 jam pasien akan melaporkan nyeri dapat terkontrol atau berkurang.
Kriteria hasil:
- pasien akan tampak rileks
1.Kaji nyeri, skala, karakteristik beratnya



2.Pertahankan istirahat dengan posisi semi-Fowler.


3.berikan aktivitas hiburan.




4.Anjurkan teknik relaksasi dengan cara latihan nafas dalam.

5.Berikan analgesik sesuai indikasi.


1.Berguna dalam pengawasan keefektifan obat dan kemajuan penyembuhan.

2.Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.

3.Meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.


4.Mengurangi ketegangan dan dapat mengurangi nyeri.


5.Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama dengan intervensi lain
Senin, 14-01-2013
Ansietas b.d tindakan pembedahan.

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien akan mengatakan kecemasannya berkurang.
Kriteria Hasil:
- Wajah pasien tampak tenang dan rileks
1.Awasi respon fisiologis misalnya:
Takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala.


2. Catat petunjuk perilaku seperti: gelisah, mudah terganggu, perilaku melawan

3.Dorong pernyataan takut dan ansietas.

4.Berikan lingkungn tenang untuk bersitirahat.




5.Berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang akan dilakukan



6.Tunjukan teknik relaksasi.
1.Dapat menjadi derajat takut yang dialami pasien





2.Indikator derajat takut yang dialami pasien.



3.Membuat hubungan terapeutik.


4.Memindahkan pasien dari stresor luar, meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan keterampilan koping.

5.Melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas yang tak perlu tentang ketidak tahuan.


6.Belajar untuk rileks dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.
















IMPLEMENTASI
Hari/tgl
Diagnose keperawatan
Tindakan keperawatan
Evaluasi
Senin, 14-01-2013
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradanagn apendiks.

1.Jam 08.00
Mengkaji skala nyeri dan mencatat lokasi nyeri, skala nyeri sedang (4 - 6).
Lokasi: abdomen kuadran kanan bawah
2. Jam 09.00
Mengajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam
3. Jam 11.00
Pertahankan istirahat engan posisi semi fowler.
S: Pasien mengatakan mesi merasa sakit pada abdomen kuadran kanan bawah, nyeri yang dirasakan seperti tertikam, skala nyeri (4 - 6) nyeri sedan.
O: K/U lemah pasien tampak meringis, terpasang IVFD RL 20 tpm.
TTV:
TD : 100/50 mmHg
N : 70x/ menit
S :360C/ aksila
RR :22x/ menit
Senin, 14-01-2013
Ansietas b.d tindakan pembedahan.

1.Jam 08.40
Mengawasi respon fisiologis
2.Jam 10.00
Mencatat petunjuk perilaku
3.Jam 11.45
Mengajarkan teknik relaksasi
4.Jam 12.00
Memberikan lingkungan tenang untuk beristirahat.
S: pasien mengatakan kecemasan terhadap rencana pembedahan masih dirasakan
O: pasien tampak gelisah
A: Masalah ansietas belum teratasi
P: Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan.


  1. CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl
Diagnosa keperawatan
S O A P I E
Selasa, 15-01-2013
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradanagn apendiks.

S: Pasien mengatakan masih merasa sakit pada bagian abdomen kuadran kanan bawah dengan skala nyeri (4 - 6) nyeri sedang
O: K/U lemah, pasien tampak meringis, terpasang airan RL 20 tpm
A: Maslah nyeri belum teratasi.
P: Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan.
I: - 1.Jam 08.30
Mengkaji skala nyeri dan mencatat lokasi nyeri, skala nyeri sedang (4 - 6).
Lokasi: abdomen kuadran kanan bawah
      -  2. Jam 09.45
Mengajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam
         - 3. Jam 11.00
Memberikan aktifitas hiburan
         - 4. Jam 14.00
Mempertahankan istirahat dengan posisi semi fowler.
E: S: Pasien mengatakan masih merasa nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah dengan skala nyeri (4-6) nyeri sedang.
        O: K/U lemah, pasien tampak meringis
Selasa, 15-01-2013
Ansietas b.d tindakan pembedahan.

S: pasien mengatakan kecemasan terhadap rencana pembedahan masih dirasakan.
O: Pasien tampak gelisa
TTV:
TD: 110/50 mmHg
N: 100x/ menit
S: 360C/aksila
RR: 22x/ menit
A: Masalah ansietas belum teratasi
P: Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan.
I:
1.Jam 08.40
Mengawasi respon fisiologis
2.Jam 10.00
Mencatat petunjuk perilaku
3.Jam 11.45
Mengajarkan teknik relaksasi
4.Jam 12.00
Memberikan lingkungan tenang untuk beristirahat
E: S: Pasien mengatakan, kecemasan terhadap tindakan pembedahan masih dirasakan.
       O: K/U lemah, pasien tampak gelisah.
TTV :
TD:110/50 mmHg
S:360C/aksila
N:100x/menit
RR:22x/menit


BAB IV
PEMBAHASAN

       Pada bab ini penulis membahas secara rinci mengenai kesenjangan antara teori askep dengan kasus nyata yang dialami oleh klien An. Y. N saat di rawat oleh penulis melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pendokumentasian.
       Pengkajian yang dilakukan  penulis terhadap pasien An. Y. N dimulai dengan pengumpulan data meliputi identitas lengkap pasien dimana data yang diperoleh yakni nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, bahasa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan alamat. Kemudian penulis mulai mengkaji keluhan utama pasien dimana pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah, panas, mual muntah sehingga menjadi alasannya masuk rumah sakit, serta dikaji paien merasa sakit pada bagian abdomen kuadran kanan bawah, pusin, mual muntah. keluarga Pasien mampu menceritakan kronologis yang terjadi atau yang dirasakan pasien sehingga menyebabkan keadaannya saat ini, keluarga pasien pun dapat menjawab dengan baik yang ditanyakan oleh penulis baik secara Verbal maupun nonverbal  mengenai riwayat kesehatan, pola fungsi kesehatan, dan juga pasien menerima untuk diperiksa oleh penulis.
             Sebagaimana yang dikatakan dalam buku konsep dasar keperawatan  karangan A.Aziz Alimul bahwa “ Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan megumpulkan data-data yang akurat dari pasien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Untuk melakukan langkah pertama ini diperlukan pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat diantaranya pengetahun  tentang kebutuhan dan sistem biopsikososial dan spritual bagi manusia yang memandang manusia dari aspek biologis, psikologi, sosial, dan tinjauan dari aspek spiritual, juga pengetahuan akan kebutuhan akan perkembangan manusia (tumbuh kembang dari kebutuhan dasar), pengetahuan tentang konsep sehat/sakit, pengetahuan tentang patofisiologi dari penyakit yang dialami, pengetahuan tentang sistem keluarga, dan kultur budaya serta nilai-nilai keyakinan yang dimiliki pasien.
Sedangkan kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat dapat meliputi kemampuan melakukan observasi secara sistematis pada ksien, kemampuan berkumunikasi verbal maupun nonverbal  melalui tahap pengumpulan data yang merupakan upaya untuk mendaptkan data yang dapat digunakan sebagai intervensi tentang pasien. Penulis juga melakukan pengelompokan data yang telah diperoleh untuk dianalisa dan dicocokan antara keluhan dan hasil pemeruiksaan untuk sterusnya diidentifikasi masalah keperawatan yang dapat muncul sebagaiman yang ditulis oleh Aziz Almusi dalam buku KDKnya bahwa “ validasi data merupakan upaya untuk memberikan Justifikasi pada data yang telah dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subyektif dan obyektif yang didapatkan. Dan indentifikasi masalah merupakan tahap akhir dari tahap pengkajian setelah dilakukan validasi data dengan mengidentifikasi pola atau masalah yang akan mengalami ganguan yang ada dimulai dari pengkajian pola fungsi kesehatan.
       Diagnosa keperawatan teoritis yang muncul pada pasien dengan apendiksitis adalah :
  1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan obstruksi dan peradangan apendiks.
2.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual – muntah, anoreksia dan diare.
3.      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Namun yang muncul pada  pasien An. Y. N adalah :
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradanagn apendiks.
2.      Ansietas b.d tindakan pembedahan.

       Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akiabat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan ini dapat memberikan dasar pemilihan intervensi untuk menjadi tanggung gugat perawat. Formulasi diagnosa keperawatan adalah bagaimana diagnosa keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah karena melalui klentifikasi masalah dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan, disamping itu dengan menentukan etiologi masalah, maka akan dapat di jumpai faktor yangh dapt mnejadi Kendala/penyebab.
       Perencanaan pada An. Y. N di sesuaikan dengan diagnosa yang telah ditegakkan oleh penulis berdasarkan data yang telah diperoleh langsung dari pasien. Dalam perencanaan itu penulis menggunakan tiga poin penting yang mendasari penulis dalam merumuskan perencanaan yakni intervensi yang menitikberatkan pada observasi pendidikan dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai tujuan bersama yakni kesembuhan pasien dengan tetap berpegang pada privasi keadaan dan kemampuannya dalam berpartisipasi dalam perencanaan penulis. Tahap ini merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervansi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah ksien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan. Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan ksien, nilai dan kepercayaan ksien, batasan praktek keperawatan, mengambil keputusan, menulis tujuan, serta memilih dan membuat strategi, keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi keperawatan serta kemapuan dalam melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan lain.
       Pelaksanaan intervensi  keperawatan pada An. Y. N disesuaikan dengan perencanaan sebelumnya dan disesuaikan dengan batas kemampuan pasien dalam menyelesaikan rencana keperawatan yang penulis jadwalkan dan kemauan An. Y. N sendiri. Komunikasi dalam pelaksanaan intervensi keperawatan tidak terlalu mengalami hambatan sebab penulis mampu berkomunikasi dalam bahasa sehari-hari pasien. dilakukan dengan tetap memperhatikan respon dan kemampuan pasien menjalani kegiatan itu sejalan dengan dikemukan oleh Aziz Alimul dalam bukunya yakni “ Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. dalam tahap ini, perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik, dan perlindungan kepada kasien, teknik komunikasi kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien.
       dalam mengavaluasi An. Y. N penulis menggunakan tujuan dan obyketif yang ada pada masing-masing diagnosa yangh ditegakkan. Evaluasi akhir dari keadaan An. Y. N adalah: masih nyeri pada perut kanan bawah dan kecemasan terhadap tindakan pembedahan masi dirasakan.
       Evaluasi yang dilakukan oleh penulis yakni evaluasi proses dan evaluasi hasil. Sebagaimana Oleh Aziz Alimul dikatakan bahwa tahap evaluasi merupakan langkah terakhir dalam peroses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan rencana keperawatan itu tercapai atau tidak.
BAB V
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan dan pembahasan pada BAB sebelumnya maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1.      Pengkajian.
     Pada kasus nyata yang diberikan pada An. Y. N berumur 12 tahun dengan diagnosa medik Apendiksitis di ruang bedah. Asuhan keperawatan yang diberikan menggunakn pendekatan proses keperawatan. Pada tahap pengkajian masalah yang muncul adalah pasien mengeluh nyeri pada perut kanan bawah, panas, mual muntah.
2.      Diagnosa Keperawatan.
       diagnosa keperawtan pada pasien dengan Apendiksitis ditentukan berdasarkan keluhan atau respon pasien, seihngga diagnosa yang muncul adalah :
1)      Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peradanagn apendiks.
2)      Ansietas b.d tindakan pembedahan.
3.      Rencana tindakan
    Merupakan bagian Inti dari proses keperawatan karena sebagai keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai dengan memiliki l;angkah-langkah menentukan prioritas diagniosa keperawatan, merumuskan tujuan. menentukan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan  rasional serta mendokumentasikannya. Kemudian dibuat rtencana tindakan dalam bentuk tabel (diagnosa keperawatan, tujuan, Intervensi, Rasional, Implementasi, dan Evaluasi).
4.      Pelaksanaan
       Dalam tahap ini, penulis mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk Intervansi keperawatan untuk membantu pasien mencapai tujuan yang di tetapkan. Kegiatan yang akan dilakukan penulis pada An. Y. N Dalam tahap ini adalah komunikas yang efektif. menciptakan hubungan Saling percaya dan Saling bantu, melakukan teknik psikomotor,mengobservasi secara sisteris memberikan pendidikan kesehatan dan evaluasi.
5.      Evaluasi
dalam tahap ini penulis menilai kembali seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan , serta tindakan keperawatan yang telah dilakukan. berdasarkan kasus pada An. Y. N di temukan bahwa diagnosa keperawatan yang diambil belum teratasi.
6.      Dokumentasi
      Mulai dari pengkajian sampai dengan evalalusi telah didokumentasikan pada catatan perkembangan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dikemudian hari.
B.  SARAN
Proses keperawatan merupakan metode yang sistemik yang digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien untuk di harapkan pada pihak-pihak yang berkompoten dalam bidang keperawatan lainnya yakni :
1.      Bagi Rumah Sakit
sebagai bahan pertimbangan khususnya bagi kepala bidang pelayanan keperawatan yang akan disampaikan kepada seluruh perawat di Badah bagaimana pentingnya asuhan keperawatan pada pasien dengan Apendiksitis.
2.      Bagi Institusi Pendidikan
Dari pihak Institusi diharapkan untuk meningkatkan kamampuan mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan melalui penerapan teori dan penelitian di lapangan terlebih khusus di rumah sakit.
3.      Bagi Mahasiswa 
Diharapkan agar dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan secara nyata pada pasien dengan Apendiksitis.








DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabeth J. ( 2000 ). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E. ( 1999 ). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
http:// downloads. ziddu. com / appendicitis.
http:// www.infopenyakit.com /2008 / 09 / penyakit – appendicitis.
Mansjoer,arif ( 2000 ). Kapita Selekta Kedokteran,Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius.
Nursalam.( 2001 ). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik,Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.
Price, Sylvia Anderson, ( 2005 ). Patofisiologi : Konsep klinik proses – proses penyakit. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne. C, ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar